8.17.2008

Kekanak-kanakan No! Anak-anak Yes!

Bacaan: Markus 9:33-37

Kanak-kanak adalah periode perkembangan masa pra sekolah (usia antara 6-12 tahun). Kekanak-kanakan adalah orang yang bukan lagi kanak-kanak tetapi bertingkah laku seperti anak-anak. Remaja sudah tidak suka disebut sebagai anak-anak. Mereka bukan anak-anak lagi. Namun demikian, terkadang dalam kehidupan sehari-hari mereka masih sering menunjukkan sikap kekanak-kanakan: suka dengan kebebasan tetapi tidak suka dengan tanggung jawab. Melalui pelajaran ini remaja dapat belajar hal-hal yang baik dari anak-anak tanpa harus bersikap dan bertindak kekanak-kanakan.

Siapakah Yang Terbesar? ( Markus 9:33 - 34 ).
Inilah yang diperbincangkan dan diperdebatkan para murid. Sebenarnya perbincangan mereka sangat manusiawi. Siapa sih yang tidak ingin berkuasa, disegani dan memerintah? Konsep yang dimiliki oleh para murid adalah konsep duniawi. KeMesias-an Yesus juga dipahami secara duniawi. Jadi mereka merasa perlu berebut untuk mendapatkan posisi yang penting di samping Yesus. Mereka bertengkar untuk memperebutkan siapa yang terbesar . Lalu, mereka menjadi malu dan terdiam. "Apa yang kamu perbincangkan tadi di tengah jalan?" Mereka tidak menyangka bahwa Yesus tahu apa yang mereka pertengkarkan.

Meluruskan Ambisi ( Markus 9:35 ).
Yesus tidak marah kepada murid-murid- Nya. Ia memahami apa yang mereka ributkan. Walaupun selama ini mereka bersama-sama dengan Yesus, tetapi konsep yang mereka miliki masih sangat diwarnai oleh konsep-konsep dunia. Apa yang Yesus ajarkan dan contohkan selama ini belumlah cukup untuk mengubah pola pikir murid-murid - Nya . Berhadapan dengan Yesus, konsep-konsep yang biasa bagi dunia akan diubah dan diperbaiki. Yesus berkata, "Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya." Menjadi yang terbesar dan terutama bukanlah sesuatu yang salah atau keliru. Persoalannya, motivasinya yang harus diubah. Bagi dunia, menjadi yang terbesar berarti dilayani, mendapat fasilitas, dapat memerintah dan mendapat kemudahan-kemudahan lainnya. Mereka menguasai dan menggunakan segala sesuatu untuk kepentingan dirinya sendiri. Sebaliknya, menjadi yang terbesar dan terutama dalam rangka mengikut Yesus berarti melayani, memperhatikan, dan tindakan-tindakan lain yang mencerminkan kesediaan diri untuk berkarya bagi sesama. Jauh dari pikiran untuk mencari kesenangan dan kepuasan diri sendiri. Melayani dan bukan dilayani itulah nilai yang diajarkan Yesus.

Belajar dari anak-anak (Markus 9:36-37 ).
Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkan di tengah-tengah. Seorang anak sama sekali tidak mempunyai pengaruh. Seorang anak kecil jarang diperhatikan. Ia dipandang tidak dapat memberikan kontribusi bagi kesuksesan seseorang. Ia kurang diperhitungkan oleh orang-orang dewasa. Yang terjadi justru sebaliknya. Seorang anak butuh sesuatu. Seorang anak masih membutuhkan pertolongan orang dewasa. Anak adalah gambaran tentang orang yang membutuhkan sesuatu. Menyambut Yesus seperti menyambut seorang anak kecil berarti siap menyambut dan melayani siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Kehadiran murid-murid Yesus adalah untuk melayani dan memberi pertolongan kepada orang yang membutuhkan. Kehadiran gereja adalah untuk membantu masyarakat yang memerlukan bantuan. Kita tidak boleh menghindarkan diri dari orang-orang yang membutuhkan bantuan kita walaupun memang lebih mudah menjalin hubungan dengan orang orang yang bisa membantu kita.


8.08.2008

Profil : Jhon Marjuni Kadang


Sosok cowok kelahiran 2 Juni 1984 ini selalu tenang dalam pembawaan. Dengan ucapan khasnya “…oke teman-teman”, dia mampu menghimpun dan memimpin pemikiran-pemikiran segar dari jiwa muda dalam beberapa organisasi. PPGT, organisasi kita tercinta, sekarang dan ke depan dipimpin oleh Om Jon (…panggilan akrab Jon).

Pada kurun waktu 2003-2004, Jon memimpin Kamapraja (Ikatan Mahasiswa dan Alumni Petra Toraja). Tidak cuma sampai di situ saja. Pada tahun 2003 Jon masuk dalam kepanitiaan Gebyar Seni Budaya di Petra. Tahun 2005, kepanitiaan LKPD dipimpin oleh Jon. Masih di tahun yang sama, Jon memimpin Kompetisi Ilmiah Kamapraja sebagai ketua. Pada tahun 2006, Jon masuk dalam divisi acara Camp penyambutan MABA Kamapraja. Dan pada tahun 2007, Ia masuk dalam divisi materi panitia Program pEnggerak miNat belAjar (PENA) 2007. Begitu banyak kepanitiaan dan organisasi yang diikuti oleh Jon?...tepat sekali, organisasi memang menjadi hal yang menarik di mata Jon. Menurutnya organisasi merupakan tempat belajar dalam hal sosialisasi, komunikasi, dan yang paling penting leadership. Selain organsisasi, hal menarik lainnya adalah ilmu elektro. Cowok ini menyelesaikan pendidikan S1 nya di Fakultas Teknik Elektro Universitas Kristen Petra. Bagaimana Jon bersikap dalam memimpin suatu organisasi? “Seseorang itu harus berjiwa melayani (serving), memiliki pendekatan persuasif, dalam hubungannya dengan mengutamakan kepentingan seluruh anggota, dan yang terakhir memiliki integritas.” Demikian yang dikatakannya. Pemuda bertipe melankolis plegmatis ini memilih Mother Theresia sebagai tokoh panutannya. “Ia memiliki integritas dan totalitas dalam melayani. Walaupun ditentang oleh banyak kalangan bahkan oleh keuskupannya sendiri, Mother Theresia tetap teguh dalam pelayanannya”.

Jon menyelesaikan pendidikan SD hingga SMU nya di Tana Toraja. SDN 91, SMP Katolik Rantetayo, dan SMU Negeri 1 Makale adalah almamater Jon. Masa SD adalah masa-masa kecil yang paling berkesan bagi seorang Jon. Rasa solidaritas teman bermain, suasana kampung yang menyenangkan merupakan hal yang berharga untuk tetap diingat. Ketika mengikuti kamp paskah dan natal, dilanjutkan dengan malam tahun baru, dimana Jon kecil mengisinya dengan bermain meriam bambu bersama teman-teman sampai pagi, in Torajanese, ma’barattung sae lako melambi’, adalah kenangan manis yang sulit dilupakan Jon. Oh ya..pengalaman yang paling berkesan dalam berorganisasi, bagi Om Jon adalah ketika Kamapraja mengadakan KIK 2005, dimana dia adalah ketuanya. Solidaritas tinggi diantara anggotanya yang tanpa lelah berkarya bagi adik-adik SMA, pengalaman saat pencarian dana;tanpa lelah menghadap beberapa petinggi di Tana Toraja, dan pengalaman menginap di Asrama Elim Rantepao (base camp panitia KIK..red); hanya bermodalkan sara’ba, malam yang dingin dapat dilewati, …adalah hal-hal yang memberikan kesan tersendiri bagi Jon. Sebelum berpisah dengan redaksi, Jon memberikan pegangan hidupnya yang diambilnya dari Ibrani 13. Di dalamnya diuraikan tentang Nasihat dan doa selamat. Jon berpendapat semua aspek hidup ada di bagian ini termasuk di dalamnya pelayanan dan materi.

Demikianlah sedikit fakta tentang Jon Marjuni Kadang, ketua PPGT tahun pelayanan 2008-2010, yang dapat disajikan oleh arek Kareba PPGT.

8.04.2008

Keluarga Ongkowijoyo, 25 Tahun Blusukan Panti Asuhan


Si sulung biasa nyuapi, si bungsu sumbang nyanyi.
Kekompakan keluarga Ongkowijoyo patut menjadi contoh. Hampir tiap bulan keluarga beranggota tujuh orang itu selalu menyisihkan waktu dan uang berbagi kasih dengan anak-anak panti asuhan. Bukan sekadar memberi bantuan, mereka juga menghibur warga panti dengan keterampilan seni.

*** SEKARING RATRI ADANINGGAR ***

Wanita itu sedang menyuapi seorang bocah cacat. Sesekali makanannya tercecer di pakaian si wanita. Tapi, wanita berambut sebahu tersebut seolah tak ambil pusing dengan remah-remah yang mengotori bajunya yang putih bersih.

Di sudut belakang, seorang pemuda bercanda dengan gadis cilik. Di sisi lain, seorang remaja juga sedang bermain-main dengan sekelompok anak kecil.

Ya, orang-orang dewasa itu adalah anggota keluarga Ongkowijoyo yang sedang berkunjung ke Panti Asuhan Bhakti Luhur Jumat (25/4). Keluarga tersebut memang bukan keluarga baru di lingkungan Bhakti Luhur. Hampir setiap bulan keluarga yang terdiri atas tujuh orang itu tidak pernah absen mengunjungi panti asuhan yang berlokasi di kawasan Wisma Tropodo tersebut.

Mereka selalu disambut gembira oleh para penghuni panti. "Kami sudah kenal sama Cece dan Koko Ongkowijoyo," ujar Maya, seorang penghuni panti. "Kami di sini sudah seperti adik-adiknya sendiri. Kami senang punya keluarga yang baik-baik itu," sambung Maya, bocah 10 tahun.

Saat berkunjung, keluarga Ongko selalu membawa banyak bingkisan untuk dibagikan kepada para penghuni panti. Ada snack, jelly, minuman ringan, susu, gula, minyak, dan barang-barang pokok lain. Acara pembagian selalu berlangsung tertib. Tidak ada yang berebut. "Mereka sudah terbiasa dengan makanan yang selalu dibawa keluarga Ongkowijoyo," ujar pengurus panti.

Keluarga tersebut beranggota pasangan Ongkowijoyo dengan lima putra-putrinya. Yakni, si sulung Fonny Syndi Ongkowijoyo, Selvy Syndi Ongkowijoyo, Daniel Yusuf Ongkowijoyo, Yohannes Yusuf Ongkowijoyo, dan si bungsu Carmelia Syndi Ongkowijoyo. Mereka adalah keluarga yang peduli terhadap anak-anak kurang beruntung. Keluarga yang menetap di kawasan Tandes itu pun selalu berbagi dengan sesama dalam kunjungan-kunjungan sosial ke panti-panti asuhan.

Kunjungan ke panti asuhan merupakan kegiatan rutin bulanan keluarga itu. Mereka rutin mengunjungi empat panti asuhan. Selain Bhakti Luhur, mereka rajin menyambangi Panti Asuhan Matahari Terbit, Yayasan Kartini, dan Pelayanan Kasih.

Keluarga itu sampai lupa sudah berapa kali menjalani kegiatan sosial yang jarang dilakukan keluarga-keluarga pada umumnya tersebut. Mereka hanya bisa menyebut ratusan kali. "Saya sampai lupa. Lha wong tiap bulan nggak pernah absen," tutur Fonny, si sulung.

Rutinitas keluarga Ongkowijoyo bermula pada 1993. Kala itu, Jimmy Ongkowijoyo diajak seorang rekan untuk menghadiri acara ulang tahun yang diadakan di Panti Asuhan Bhakti Luhur. Wanita 56 tahun itu pun setuju. Dia lantas mengajak empat anaknya (kecuali si bungsu, Carmelia, yang saat itu belum lahir, Red). "Waktu itu anak-anak masih kecil-kecil. Fonny, masih berusia 10 tahun," ujar Jimmy.

Kunjungan pertama segera disusul kunjungan-kunjungan berikutnya. Bedanya, setelah itu Jimmy dan anak-anak yang pergi sendiri. Tidak bersama orang lain. "Ya, saya sendiri sama anak-anak, ",ujar nenek dua cucu itu.

Berbekal dari kunjungan sosial yang rutin tersebut, muncul kepedulian sosial dari putra-putri keluarga Ongkowijoyo. "Kalau saya belum mengajak ke panti, mereka pasti akan tanya kapan ke panti," katanya.

Ibu lima anak itu mengungkapkan, tidak sulit menumbuhkan sikap kepedulian sosial pada anak-anaknya. Bahkan, tanpa disuruh, mereka rutin menyisihkan uang saku masing-masing untuk dibelikan bingkisan yang akan dibagikan kepada anak-anak panti. "Mungkin gara-gara sering saya ajak ke panti, mereka jadi terbiasa," tuturnya.

Jimmy mengaku punya masa kecil yang pahit. Wanita berambut pendek itu pernah merasakan hidup miskin. "Saya orang ndak punya. Saking miskinnya, saya sampai pernah tidak bisa makan dalam beberapa hari," kenangnya.

Kisah merana itulah yang kemudian menggugah Jimmy untuk ingat kepada kaum papa dan anak-anak yatim piatu. Kini, sikap itu menurun ke anak-anaknya, terutama Fonny, putri sulungnya.

Sejak usia 10 tahun, Fonny tidak pernah absen mengunjungi panti asuhan. Menurut wanita 28 tahun tersebut, pengalaman kali pertama berkunjung ke Panti Asuhan Bhakti Luhur adalah pengalaman yang paling berkesan. "Waktu itu ada panggung boneka. Jadi, aku masih ingat ekspresi anak-anak panti yang sueneng banget mendapat hiburan boneka," jelas ibu dua anak itu. Ekspresi gembira tersebut yang tertanam dalam memori Fonny. Sejak saat itu, dia berkomitmen untuk terus peduli dan ngopeni anak-anak yatim piatu.

Mengikuti sang kakak, Selvy juga tidak kalah semangatnya dalam aktivitas kemanusiaan itu. "Awalnya saya agak takut, tapi saya melihat kakak nyuapin sampai kadang bajunya kena ceceran makanan, kok kayak-nya nggak merasa terganggu. Akhirnya, saya juga jadi terbiasa dan senang berada di tengah anak-anak panti," kenang putri kedua keluarga Ongko itu.

Daniel, adik Selvy, lebih giat lagi. Bahkan, Daniel-lah yang kini menjadi motor utama keluarga Ongkowijoyo untuk berbakti sosial. "Sekarang aku yang selalu ngatur segala sesuatunya jika mau ke panti asuhan," ujar pria kelahiran 24 Oktober 1983 tersebut.

Di tangan Daniel, kegiatan sosial keluarga tidak melulu kunjungan anjangsana. Setahun sekali, keluarga sosial tersebut mengadakan pertunjukan seni di kompleks panti. "Ya, supaya mereka (anak-anak panti, Red) mendapat hiburan yang lain daripada yang lain," ujarnya.

Yang unik, seluruh penampilnya adalah anggota keluarga Ongkowijoyo. Fonny yang piawai menari selalu menampilkan keterampilannya menari tradisional. Daniel yang pandai melawak memilih menyajikan pertunjukan pantomim. Si bungsu Carmelia tak mau kalah. Dia yang pandai menyanyi biasanya memperdengarkan suara emasnya.

Hanya Yohannes, anak keempat, yang tak tampil dalam pertunjukan seni. Tapi, dia juga tidak tinggal diam. Dia yang selalu memimpin doa bersama. "Ya, saya kepingin jadi pendeta," ujar siswa SMA Dharma Mulia tersebut.

Tidak hanya kunjungan rutin ke panti setiap bulan. Keluarga Ongkowijoyo juga kadang menjadikan panti asuhan untuk menyelenggarakan pesta ulang tahun anak-anaknya. "Tahun kemarin (2007) kami mendatangkan barongsai ketika Carmelia berulang tahun," cetus Daniel.

Keluarga istimewa itu berniat melebarkan sayap sosialnya pada masa-masa yang akan datang. Daniel sedang merancang program penyisihan uang saku bagi para siswa atau mahasiswa. Mahasiswa Universitas Wijaya Putra itu ingin mengedarkan kotak-kotak amal di sekolah-sekolah. Kotak-kotak amal tersebut akan dikelola keluarganya untuk disalurkan ke panti-panti asuhan. Daniel menjamin tidak akan menyalahgunakan dana yang didermakan para siswa dan mahasiswa.

"Setiap bulan kami akan membuat laporan rinci terkait dana yang terkumpul dan ke mana penyalurannya. Kami tidak ingin mencoreng muka kami sendiri," tandas Daniel. (nw)


SUSUNAN PENGURUS PPGT JEMAAT SURABAYA 2008-2010


Penasehat


Pdt. Yusuf Sudi Maliku, S.Th.
Pnt. Ruse Rante Pademme’ (BPM Bidang PPGT)



Pengurus Inti

Ketua : Jhon Marjuni Kadang
Wakil Ketua : Dian Viktor Pabuaran
Sekretaris : Oridian Popang
Wakil Sekretaris : Sri Palilu Todingan
Bendahara : Kartika Rindingpadang
Wakil Bendahara : Hendra Budiono. P.P.


Bidang Pelayanan dan Pemerhati

Dhwaprilus Andal. B (Koordinator)
Vemilia Tikurari
Andre V. Allorerung
Nelty Asriaty


Bidang Pembinaan dan Pengkaderan

Agnes Silgan (Koordinator)
Milka Lande
Fidelius Rio Paratte
Benyamin Pakendek


Bidang Usaha Dana

P.D. Valentino Parassa (Koordinator)
Rani Marselia Timbang Allo
Marthen Honta Lambe’
Rie Rienita Paallo


Bidang Informasi dan Komunikasi

Wido Sarrin Palinggi’ (Koordinator)
Noble Kendek Allo
Lantana Dion Rumpa
Rheinhard M. Sombolinggi


Bidang Seni

Hartal Dwi Kurniawan (Koordinator)
Astriwati Biringkanae
Meiji Mamondol
Miranda Sau’



Bidang Olahraga

Agtra Lolang Paranoan (Koordinator)
Erick Lorens Samoa
San Golta Kana
Meiske Natalia Perutu


Koordinator Sektor

Sektor Sidoarjo : Parrang P. S.
Sektor Selatan : Evan Alvian Sumbung
Sektor Sepanjang : Daniel K.
Sektor Timur : Reystra Julvita Sumbung
Sektor Kupang dan Gunung Sari : Alberto T.
Sektor Ujung dan Perak : Sendi
Sektor Gresik dan Tandes : Devin